Pert 10 - Inventory Costing and Capacity Analysis (FVC)
Ada dua jenis cara untuk menentukan cost suatu inventory, yaitu dengan menggunakan Direct Costing (Variable Costing) dan Full Absorption Costing (FAC). Pengaruh metode costing yag berbeda ini akan mempengaruhi nilai operating income.
Variable Costing adalah metode pembebanan biaya ke produk dimana hanya variable manufacturing cost saja yang
dibebankan ke produk.
Full Absrorption Costing adalah metode pembebanan biaya inventory dimana seluruh manufacturing cost dbebankan ke produk.
*) Inventoriable Cost adalah segala biaya yang akan menjadi aset di neraca ketika biaya tersebut terjadi, dan baru
menjadi COGS hanya ketika barang sudah terjual (seluruh biaya yang terkait langsung dengan produk)
*) Period Cost adalah biaya yang segala biaya pada income statement, selain biaya COGS. (biaya yang tidak terkait
secara lansung ke produk). Contoh : Operating Expenses.
Dalam Cost Accounting, Direct Costing dinilai lebih efektif karena dalam metode tersebut memperhitungkan biaya sesuai dengan volume produksi, sehingga menhasilkan nilai biaya yang lebih fair. Selain itu, beberapa keunggulan direct costing adalah sebagai berikut :
1. Setting Price ( sebagai dasar penentuan harga, yang lebih tepat )
2. Produk Profitability (sebagai dasar untuk mengetahui operating income suatu perusahaan )
3. Decision Making ( sebagai dasar pengambilan keputusan. Contoh : Kapan perusahaan harus melakukan cut off produksi )
Dua metode inventory costing ini menghasilkan nilai operating income yang berbeda. Income statement untuk variable/direct costing menggunakan contribution margin format, karena variable costing lebih cenderung membedakan variable cost (yang masuk inventoriable cost) dengan fixed cost yang masuk period cost). Sedangkan Income Statement untuk Full Absorption Costing menggunakan Gross Profit Format, sama seperti income statement
yang sudah kita pelajari dalam bab-bab sebelumnya.
Berikut adalah perbedaan format Income Statement pada Direct/Variable Costing dan Full Absorption Costing
Variable Costing adalah metode pembebanan biaya ke produk dimana hanya variable manufacturing cost saja yang
dibebankan ke produk.
Full Absrorption Costing adalah metode pembebanan biaya inventory dimana seluruh manufacturing cost dbebankan ke produk.
*) Inventoriable Cost adalah segala biaya yang akan menjadi aset di neraca ketika biaya tersebut terjadi, dan baru
menjadi COGS hanya ketika barang sudah terjual (seluruh biaya yang terkait langsung dengan produk)
*) Period Cost adalah biaya yang segala biaya pada income statement, selain biaya COGS. (biaya yang tidak terkait
secara lansung ke produk). Contoh : Operating Expenses.
Dalam Cost Accounting, Direct Costing dinilai lebih efektif karena dalam metode tersebut memperhitungkan biaya sesuai dengan volume produksi, sehingga menhasilkan nilai biaya yang lebih fair. Selain itu, beberapa keunggulan direct costing adalah sebagai berikut :
1. Setting Price ( sebagai dasar penentuan harga, yang lebih tepat )
2. Produk Profitability (sebagai dasar untuk mengetahui operating income suatu perusahaan )
3. Decision Making ( sebagai dasar pengambilan keputusan. Contoh : Kapan perusahaan harus melakukan cut off produksi )
Dua metode inventory costing ini menghasilkan nilai operating income yang berbeda. Income statement untuk variable/direct costing menggunakan contribution margin format, karena variable costing lebih cenderung membedakan variable cost (yang masuk inventoriable cost) dengan fixed cost yang masuk period cost). Sedangkan Income Statement untuk Full Absorption Costing menggunakan Gross Profit Format, sama seperti income statement
yang sudah kita pelajari dalam bab-bab sebelumnya.
Berikut adalah perbedaan format Income Statement pada Direct/Variable Costing dan Full Absorption Costing
Sumber: LHP Pertemuan-8 D3 Akuntansi Alih Program
Komentar
Posting Komentar